counter create hit Penderita DBD Kian Meningkat, Negara Harus Sigap Hadapi

Iklan

Iklan

,

Iklan

Penderita DBD Kian Meningkat, Negara Harus Sigap Hadapi

Administrator
26 Mar 2024, 16:08 WIB Last Updated 2024-03-26T09:10:35Z

 


Penderita DBD Kian Meningkat, Negara Harus Sigap Hadapi

Oleh : Selvy Octaviani S.E

 

Kementrian Kesehatan melaporkan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia mencapai hampir 16 ribu kasus. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementrian Kesehatan (Kemenkes), Imran Pambudi menyebut, angka kematian akibat DBD di Indonesia tercatat sudah mencapai 124 kasus. (Dikutip dari rri.co.id Rabu, 06 Maret 2024).

 

Misalnya saja di Bontang Kaltim, penderita DBD pada Januari 2024 lalu mencapai 65 kasus. kasus kematian pun tidak dapat terhindarkan. Jumlah ini mendekati pola maksimal kurun lima tahun belakangan. Tepatnya di tahun 2019 kasus DBD di Januari mencapai 74 kasus. Dari data yang ada, Berebes Tengah merupakan kelurhan dengan jumlah tertinggu kasusnya yaitu 22 penderita.

 

Banyaknya jumlah penderita DBD di Kota Taman pada Januari lalu, mendapat sorotan anggota dewan. Wakil ketua DPRD Agus Haris meminta pemkot mengambil langkah sigap untuk menekan angka penderita maupun kematian akibat DBD. Salah satu upaya penanganan yang dilakukan ialah mengeluarkan kebijakan pemberian vaksin dengue terhadap anak-anak. Langkah ini sedang dilaksanakan di Balikpapan.

 

Penanggulanan DBD

 

DBD merupakan penyakit yang sangat berbahaya hingga dapat meningkatkan angka kematian yang tinggi. Terlebih DBD rentan menjangkiti usia anak-anak. Penyebab tingginya DBD dipicu oleh musim hujan, terlebjh perubahan cuaca yang tidak menentu. Membuat jentik nyamuk sangat mudah berkembangbiak dan jumlahnya banyak. Sebab banyaknya genangan air yang tidak terbuang di sekitar wilayah pemukiman, seperti tempat penampungan air hujan yang tidak ditutup, bekas sampah, kaleng dan lain sebagainya.

 

Sebenarnya DBD dapat di cegah dengan cara-cara sederhana seperti tidak lupa menguras dan menutup tempat penampungan air, mendaur ulang barang yang berpotensi menjadi sarang nyamung dan lain sebagainya. Namun faktanya, kesadaran masyarakat dalam memperhatikan hal tersebut masih sangat kurang. Terutama memperhatikan kebersihan lingkungan yang menjadi pemicu signifikan terjadinya wabah DBD.

 

Pentingnya melakukan edukasi dan pembinaan harus senantiasa dilakukan guna kembali menyadarkan masyarakat untuk senantiasa menciptakan kehidupan yang bersih dan sehat yang harus di wujudkan oleh semua pihak yakni keluarga, masyarakat maupun negara. Karena mencegah lebih utama dari pada mengobati.

 

Mengapa DBD Terus Meningkat?

 

Berdasarkan data, nyatanya Kasus penderita dan kematian akibat DBD senantiasa mengalami peningkatan. kasusnya bukan hanya terjadi di Bontang saja. Tetapi ada juga di beberapa daerah kaltim lainnya. Ada 5.616 kasus DBD di kaltim sepanjang tahun 2023, dengan jumlah tertinggi di Kukar 1.118 kasus, di ikuti Balikpapan 1.019 kasus dan Samarinda 868 kasus.

 

Belum ada penyelesaian tuntas terhadap persoalan ini. Untuk wilayah kaltim sendiri misalnya, Upaya pemerintah dalam menangani kasus DBD terkesan uji coba. Mulai dari progran nyamuk walbacia yang menjadikan Bontang satu-satunya kota percontohan yang mewakili Provinsi tersebut  untuk menekan angka kasus DBD.

 

Namun program ini ternyata membutuhkan waktu yang sangat panjang dan masih dalam tahap uji coba artinya kemungkinan nya untuk berhasil masih sangat minim. Terlebih peningkatan kasus DBD masih terus terjadi. Adapun upaya lainnya, pemerintah kembali mengeluarkan kebijakan vaksin.

 

Realitanya vaksin yang harus di akses ini tidak dapat dijangkau semua kalangan secara gratis. Harga sekali vaksin saja bisa kisaran 300 ribu dan 600 ribu ketika di dokter. Padahal masyarakat yang terjangkit DBD itu bisa saja bukan kalangan orang menengah ke atas yang mudah mengakses biaya dokter. Tapi ada juga dari mereka yang hidup dikalangan menengah kebawah, untuk memenuhi biaya hidup saja kekurangan apalagi biaya dokter dengan harga sangat besar tadi. Tentu tidak dapat terjangkau oleh mereka.

 

Kebijakan Kapitalistik

 

Persoalan wabah DBD ternyata tidak dapat dilepaskan dari penetapan kebijakan kapitalistik. Kebijakan ekonomi yang kapitalistik menjadikan rakyat sulit mendapatkan kebutuhan dasarnya termasuk kesehatan gratis. Ketika masyarakat mau sehat, maka mereka harus membayar mahal atas itu. Kenapa? karena kesehatan sudah menjadi alat komersialisasi yang menguntungkan penguasa dan pengusaha. Karena mereka menjadikan rakyat sebagai konsumen untuk membeli menjual obat-obatan yang mereka pasarkan.

 

Miris, kapitalis benar-benar menjadikan rakyat miskin. Untuk menikmati kesehatan saja sangat sulit bagi mereka. Karena kesehatan hanya mampu di akses oleh segelintir orang yang punya modal. Sedangkan mereka yang miskin harus rela menahan rasa sakit yang diderita karena tidak mampu membayar dokter ataupun membeli obat.

 

Seperti halnya DBD ini, penyakit yang memerlukan penangan cepat. Jika tidak, hal terburuknya bisa menyebabkan kematian. Fasilitas kesehatan hari ini juga tidak menyebar secara merata. Melimpah di perkotaan dan sangat minim di desa, padahal akses yang diperlukan untuk ke rumah sakit terdekat pun bisa jadi sangat minim dan terlampau jauh. Inilah bukti cacatnya sistem kapitalis yang menyuburkan kemudhorotan bagi umat.

 

Selesai Dengan Islam.

 

Islam merupakan agama pembawa rahmat bagi seluruh alam. Seperti kata pepatah "Kebersihan Sebagian Dari Iman". Senantiasa mengedukasi dan menyadarkan masyarakat bahwa menjaga kesehatan adalah bagian dari perintah Allah dengan dorongan iman dan takwa. Karena masyarakat didalam islam adalah mereka yang peduli terhadap kebersihan lingkungannya. Menjaga Kebersihan lingkungan agar tetap bersih dan sehat tentunya mampu mengurangi penyakit. Termasuk DBD tadi.

 

Kesehatan di dalam Islam merupakan hak dan kewajiban negara, maka negara akan memberikan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan terbaik yang di alokasikan ke seluruh penjuru negeri agar mampu di akses semua kalangan masyarakat. Memberikan akses kesehatan secara murah bahkan gratis agar tidak menyulitkan masyrakat mengaksesnya. Senantiasa mengembangkan penelitian dan obat-obatan demi kemaslahan umat. Inilah jaminan islam untuk menyelesaikan masalah wabah seperti DBD. Wallahu a'lam bisawab.

Iklan