counter create hit Ekspolitasi Anak Kian Merebak : Pada Siapa Mereka Bisa Berlindung?

Iklan

Iklan

,

Iklan

Ekspolitasi Anak Kian Merebak : Pada Siapa Mereka Bisa Berlindung?

Administrator
13 Okt 2023, 09:44 WIB Last Updated 2023-10-13T02:44:57Z

Ekspolitasi Anak Kian Merebak : Pada Siapa Mereka Bisa Berlindung?
Oleh Tresna Mustikasari, S. Si, (Muslimah Penggiat Literasi)

Baru-baru ini, tepatnya pada tanggal 14 September 2023, Polda Metro Jaya menangkap seorang perempuan berinisial FEA (24 tahun), muncikari pada kasus prostitusi anak di bawah umur atau perdagangan orang melalui media sosial. Pelaku memasarkan korban SM (14 tahun) dan DO (15 tahun) kepada para hidung belang dengan tarif mulai dari 1,5 juta hingga 8 juta, tergantung apakah masih perawan atau tidak.

Di lain kasus, sebanyak 41 anak menjadi korban eksploitasi oleh pengelola dua panti asuhan di Kota Medan. Anak-anak ini pada momen tertentu, disyuting agar bisa menggugah hati netizen untuk memberikan donasi. Dalam sebulan mereka kurang lebih berhasil meraup uang sekitar 20 juta hingga 50 juta.

Sungguh miris, sosok anak-anak yang seharusnya menjadi sumber kebahagiaan dan penuh keceriaan malah disalah gunakan oleh orang-orang dewasa yang tak bertanggungjawab. Anak-anak memang mudah menjadi korban eksploitasi karena beberapa faktor yang meliputi ketidaktahuan, keterbatasan fisik dan mental, ketergantungan pada orang dewasa, dan kelemahan mereka dalam menghadapi risiko dan bahaya.

Selain itu, anak-anak dari latar belakang sosial dan ekonomi yang kurang menguntungkan mungkin lebih rentan terhadap eksploitasi karena tekanan ekonomi yang dapat membuat mereka lebih rentan terhadap pekerjaan berbahaya atau perdagangan manusia. Seperti yang terjadi pada SM dan DO, hanya karena ingin membantu perekonomian sang nenek akhirnya mau ‘dijual’ pada para hidung belang.

Begitulah, eksploitasi anak terus terjadi dengan berbagai mekanisme, termasuk cara  haram  demi mendapatkan keuntungan. Di lain sisi, anak pun kerap menjadi korban kekerasan seksual, korban dari kerapuhan institusi keluarga, putus sekolah, perundungan, terpapar pergaulan bebas, hingga penyalahgunaan narkoba. Ini adalah potret kelam kehidupan anak di bawah sistem kapitalisme. Realita ini menunjukkan bahwa anak berada dalam lingkungan yang tidak aman.  

Negara gagal menjamin keamanan anak. Justru Negara melalui kebijakannya, malah menjerumuskan anak dalam segudang masalah tersebut. Misalnya saja, kenaikan harga kebutuhan pokok yang selalu terjadi tentu berimbas pada tidak stabilnya ekonomi keluarga. Konsekuensinya, anak harus putus sekolah dan memilih bekerja untuk membantu ekonomi keluarga. Tidak sedikit anak yang harus merelakan masa kecilnya untuk bermain, berganti dengan dunia kerja yang tidak manusiawi. Dan tak jarang menghalalkan segala cara, baik halal maupun haram. Ancaman kekerasan fisik berkelindan dengan kejahatan seksual dari para predator.

Dalam pandangan Islam, perlindungan anak merupakan tugas yang sangat penting dan merupakan bagian integral dari prinsip-prinsip keagamaan. Anak-anak dianggap sebagai amanah yang harus dijaga dan dipelihara secara optimal oleh seluruh masyarakat, keluarga, dan negara. Artikel ini akan menjelaskan bagaimana Islam memandang perlindungan anak dan peran masing-masing pihak dalam mewujudkannya.

Keluarga dianggap sebagai unit terkecil dalam masyarakat yang memiliki tanggung jawab besar terhadap perlindungan anak. Dalam fitrahnya, setiap anak berhak untuk mendapatkan perlindungan dan kasih sayang dari orang tua. Oleh karena itu, keluarga memiliki peran krusial dalam menciptakan lingkungan yang hangat, mendampingi tumbuh kembang anak, dan mengenalkan konsep dasar keimanan.

Dalam Islam, orang tua diajarkan untuk memberikan pendidikan agama kepada anak-anak mereka sejak dini. Ini termasuk pengajaran nilai-nilai moral, etika, dan kepatuhan kepada Allah. Dengan cara ini, anak-anak akan tumbuh sebagai hamba Allah yang taat dan bertanggung jawab. Keluarga juga harus menjaga kesejahteraan fisik dan emosional anak-anak, memberikan perlindungan dari bahaya, dan menciptakan suasana rumah yang penuh kasih sayang.

Masyarakat dalam konteks Islam adalah komunitas yang bertanggung jawab atas kesejahteraan bersama. Islam mengajarkan pentingnya menjaga hak-hak sesama muslim, tidak saling mengejek, dan saling menjaga hak. Konsep ta'awun, atau saling membantu, sangat ditekankan dalam ajaran Islam. Oleh karena itu, seluruh masyarakat memiliki peran dalam mendukung perkembangan anak-anak.

Adapun negara memiliki tanggung jawab utama dalam melindungi anak-anak sebagai bagian dari kewajibannya untuk mewujudkan kemaslahatan rakyat. Negara harus memastikan pemenuhan kebutuhan mendasar rakyat, termasuk anak-anak, secara menyeluruh. Ini mencakup pemenuhan kebutuhan fisik, sosial, ekonomi, dan pendidikan.

Negara juga bertugas untuk memastikan keamanan, perlindungan terhadap harta, dan keselamatan jiwa masyarakatnya. Ini adalah langkah nyata dalam melindungi anak-anak dari bahaya eksternal. Selain itu, negara juga harus memberikan perlindungan kepada institusi keluarga, sehingga hak-hak anak sebagai anggota keluarga dapat terlindungi dengan baik.

Perlindungan anak dalam Islam harus dianggap sebagai langkah strategis untuk melindungi masa depan bangsa. Anak-anak adalah aset berharga yang memiliki potensi untuk menjadi generasi penerus peradaban. Dengan peran yang sinergis antara keluarga, masyarakat, dan negara, perlindungan anak dapat terwujud secara efektif, menciptakan generasi yang kuat, bertanggung jawab, dan bermoral tinggi untuk masa depan yang lebih baik. Wallahualam

Iklan