counter create hit SIAPA YANG AKAN MEMBAWA SURGA UNTUKMU?

Iklan

Iklan

,

Iklan

SIAPA YANG AKAN MEMBAWA SURGA UNTUKMU?

Faizal Angga Felani
18 Jul 2023, 06:39 WIB Last Updated 2023-07-17T23:39:07Z
MUHASABAH


SIAPA YANG AKAN MEMBAWA SURGA UNTUKMU?

Oleh: Arnie Syifannisa


Tiga tahun berada jauh dari dekapan keluarga membuat puncak kerinduanku

semakin memuncak. Setelah aku menamatkan sekolah di jenjang menengah

atas, aku memutuskan untuk menunda keinginanku melanjutkan lagi ke jenjang

perkuliahan. Aku memilih untuk bekerja terlebih dahulu karena ada beberapa

tanggungan yang masih menjadi beban di keluargaku. Kebetulan sekolah yang

aku tempuh adalah Sekolah Menengah Kejuruan yang notabene para siswanya

dituntut sudah siap terjun ke dunia kerja tanpa harus menempuh kuliah terlebih

dahulu.


Tidak tanggung-tanggung aku memilih tempat kerjaku. Malaysia. Yah… Aku

memutuskan untuk mencari pekerjaan yang jauh dari rumah. Bukan karena di

negeri sendiri kekurangan lapangan pekerjaan, tetapi karena jiwa mudaku yang

menggerakkan hatiku untuk mencari pengalaman yang jarang diminati oleh

orang kebanyakan. 


Di luar sana, tidak sedikit dari mereka yang berasumsi

negatif dengan status pekerjaan satu ini. Menjadi seorang Tenaga Kerja

Indonesia (TKI). Dalam benakku ingin sekali kubuktikan bahwa tidak semua yang

mereka anggap selama ini benar. Aku yakin masih banyak para TKI yang berada

di jalan yang benar, bahkan berhasil pulang ke tanah air dengan kesuksesannya.


Sambil menyelam minum air. Itu mungkin paribahasa yang tepat untuk

perjalanan panjangku selama di negeri Jiran. Selama disana, banyak hal-hal

atau kebiasaan yang kutemui. Salah satunya berinteraksi sosial dengan

penduduk asli di sana. 


Dalam satu tempat kerja sering aku bertanya banyak hal

tentang adat istiadat mereka, makanan khas, kesenian daerah, keluarga, dan tak

luput seputar kehidupan keseharian mereka. Karena keakraban yang sudah

terjalin maka tak jarang aku diajak berkunjung ke rumah mereka. Mempererat

silaturahim sangat kukagumi dari kebiasaan mereka. Sering mereka

mengadakan Open House ketika mereka memperoleh rezeki lebih karena

memang Malaysia merupakan salah satu negara muslim di kawasan Asia ini.


Silaturahim sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat suku Melayu.

Meskipun begitu, tetap saja ada kebiasaan yang memang kurang indah jika

dilakukan dalam keluarga bahkan dianggap sebagai suatu perbuatan wajar.

Sering saya melihat mereka dengan lugas membentak anak-anak mereka saat

tidak sengaja melakukan kesalahan. Sungguh miris bukan. Kebanyakan dari

mereka memang suami istri harus bekerja demi mencukupi kebutuhan sehari-

hari. 


Biaya hidup tidak sedikit terkadang memaksa mereka rela memberikan hak

asuh anak kepada para pengasuh bukan dari orang tuanya sendiri. Banyak yang

menitipkan anak-anak mereka kepada mertua maupun ibunya sendiri (nenek)

dan jasa penitipan anak. Mulai dari pagi hari sampai malam hari baru mereka

mengambil anak-anak mereka dari rumah penitipan anak. Ketika anak sudah

mulai besar dan bersekolah, mereka sudah mempercayakan kemandirian anaknya. Itu yang berlaku jika seorang ibu lebih mementingkan pekerjaan

daripada mengurus buah hatinya.


Sepulangnya dari bekerja pasti orang tua merasa kelelahan dan ingin segera

dapat beristirahat. Namun apa jadi jika sampai di rumah mendapati seisi rumah

berantakan, belum lagi melihat tingkah manja anak-anak mereka. Bayangkan jika

seorang anak dibentak, tentu hatinya terasa hancur dan hanya mampu menangis

terisak.


Jika kita kembali ke dunia pekerjaan, ketika kita lelah, penat sepenat apapun

atau dalam keadaan marah sekalipun, bagaimana sikap kita terhadap atasan

kita? Bagaimana jika rekan bisnis kita melakukan kesalahan fatal? Demi urusan

pekerjaan banyak yang rela menahan emosinya. Banyak yang rela tetap

mengalah, menyungging senyum walau dalam hati menggerutu. Bukankah ini

sebuah ujian kesabaran? Lalu bagaimana sikap kita yang seharusnya terhadap

anak-anak kita?


Anak adalah amanah yang harus kita jaga dan rawat dengan penuh kasih

sayang. Mereka adalah ujian kesabaran untuk para orang tua. Jika seorang anak

bisa mendapatkan surga atas keridhaan orang tua, maka begitupun sebaliknya.

Orang tua bisa meraih surga apabila memperoleh doa-doa terindah dari anak-

anaknya yang shalih-shalihah.


Ketika seorang anak melakukan kesalahan, nasehatilah namun jangan

sekali-kali memakai bentakan. Justru itu yang akan memberi dampak negatif

bagi perkembangan psikologisnya. Didiklah ia dengan penuh kasih sayang.

Ketika kita terlepas kontrol hingga membentak mereka, maka segerelah meminta

maaf. Itu akan membentuk kepribadian mereka menjadi seorang yang berani

bertanggung jawab dan mudah memaafkan.


Ingatlah siapa yang akan membawa surga untukmu kelak? Bukan mereka

yang menjadi atasan kerjamu. Bukan pula rekan-rekan bisnismu. Mereka adalah

buah hatimu. Anak-anak yang sangat membutuhkan perhatian dan kasih

sayangmu. Bukan sekedar materi yang dipenuhi oleh orang tua yang mereka

inginkan. Sisihkan waktu minimal dua jam untuk bercengkerama dengan mereka.


Sudah adilkah kita selama ini? Kalau kita mampu bersikap manis terhadap

orang lain, maka kita juga harus mampu bersikap manis terhadap keluarga

sendiri. Terutama kepada anak-anak yang kita kasihi.


Tiba-tiba air mata menganak sungai di pelupuk mata ini. Aku merindukan

ayah dan ibu. Banyak sekali pelajaran yang kudapat selama di perantauan ini.

Sungguh mereka adalah orang-orang hebat. Pejuang bagi keluarganya. Semoga

surga bisa kita raih karena telah menjadi orang tua yang sabar dan adil. Aamiin.

Iklan