counter create hit MENJADI ORANG TUA YANG TEGAS

Iklan

Iklan

,

Iklan

MENJADI ORANG TUA YANG TEGAS

Faizal Angga Felani
16 Jul 2023, 06:00 WIB Last Updated 2023-07-15T23:00:58Z
Keluarga


MENJADI ORANG TUA YANG TEGAS

Oleh : Riska Kencana Putri


Anak merupakan anugerah sekaligus amanah yang wajib kita jaga. Kehadirannya memberikan

kebahagian kepada kedua orang tua, menjadi penyejuk pandangan dan juga investasi akhirat

kelak. Karena doa anak shalih adalah salah satu amalan yang tidak terputus meski kita sudah

meninggal.


Namun, anak juga bisa menjadi ujian dan cobaan. Apakah dengan diberikannya anak, kita

menjadi hamba yang bersyukur ataukah sebaliknya? Apakah kita bisa mendidik anak kita

menuju ketaatan atau malah membiarkan mereka menuju kemaksiatan? Ini semua nanti akan

diminta pertanggungjawabannya di hari akhir.


Anak merupakan amanah dari Allah, maka kita sebagai orang tua harus pandai-pandai dalam

mendidiknya, agar kelak anak bisa menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah, mencintai

Rasulullah SAW dan menjadi penegak kalimatullah. Dalam dunia parenting, banyak dipaparkan

berbagai macam teori pendidikan anak. Mulai dari pendidikan usia golden age, hingga

menginjak usia remaja. Islam sendiri sebagai agama yang sempurna memiliki metode dalam

mendidik anak.


Allah, melalui Rasul-Nya memerintahkan kita – para orang tua — untuk bersikap tegas dalam

mendidik anak, terutama dalam hal ibadah. Menurut Ali bin Abi Thalib ra, pendidikan anak di

bagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap bermain (usia 0-7 tahun), tahap disiplin (7-14 tahun) dan

tahap kemitraan (14-21 tahun).


Rasullullah SAW bersabda, “Perintahkanlah anak kalian shalat ketika berusia tujuh tahun, dan

pukullah mereka agar shalat ketika berusia sepuluh tahun, dan pisahkan tempat tidur mereka.”

(HR Abu Dawud).


Diriwayatkan dari Umar, dari Abu salamah, ia berkata, “Ketika masih kecil aku pernah ditegur

Rasulullah SAW. Waktu itu aku hendak mengambil hidangan, kemudian Rasulullah SAW

bersabda kepadaku, “Hai, Nak! Bacalah basmallah, ambillah dengan tangan kananmu dan

makanlah apa yang ada di dekatmu.”


Ketegasan orang tua tentu berbeda antara anak yang satu dengan yang lainnya. Ibarat

memberikan obat, pasien yang satu akan sembuh dengan dosis 5 mg, tetapi bagi pasien yang lain

dosisnya harus ditambah. Pun begitu dengan anak, ada yang menurut hanya dengan tatapan

tajam, ada pula yang harus dipukul. Namun para orang tua harus ingat, memukul yang

dimaksudkan hadits di atas adalah pukulan yang tidak membahayakan, tidak membekas dan

bukan di bagian wajah. Tidak seperti sekarang ini, banyak kasus penganiayaan orang tua

terhadap anaknya.


Allah juga memerintahkan kepada kita untuk bersikap lemah lembut. Dalam Q.S. Ali ‘Imran ayat

159, Allaf berfirman, “Maka karena rahmat Allah-lah engkau bersikap lembut terhadap mereka.

Seandainya engkau bersikap kaku dan keras hati, tentu mereka akan menjauhkan diri dari

sekelilingmu.”


Rasulullah SAW bersabda, “Wahai ‘Aisyah, sesungguhnya Allah itu Maha lembut dan menyukai

kelembutan… “ (HR Muslim).


Bersikap lemah lembut dan penuh kasih sayang merupakan akhlak yang telah dicontohkan

Rasulullah SAW. Namun bersikap tegas kepada anak di saat mereka melakukan kemaksiatan

juga merupakan perkara yang wajib dilakukan para orang tua. Karena anak adalah amanah,

setiap amanah akan diminta pertanggung jawabannya di akhirat.


“Ketahuilah setiap kalian adalah penangung jawab dan akan ditanyai tentang tanggung

jawabnya. Seorang pemimpin yang memimpin manusia adalah penanggung jawab dan kelak

akan ditanyai tentang mereka. Seorang laki-laki adalah penanggung jawab keluarganya dan

kelak ia akan ditanyai tentang mereka. Seorang istri adalah penanggung jawab rumah tangga

dan anak-anaknya, dan kelak akan ditanya. Seorang hamba sahaya adalah penanggung jawab

harta tuannya dan kelak ia akan ditanya tentangnya. Ketahuilah, setiap kalian adalah

penanggung jawab, dan kelak akan ditanyai tanggung jawabnya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Iklan