counter create hit KESENANGAN YANG MENIPU

Iklan

Iklan

,

Iklan

KESENANGAN YANG MENIPU

Faizal Angga Felani
17 Jul 2023, 05:17 WIB Last Updated 2023-07-16T22:17:41Z
Muhasabah


KESENANGAN YANG MENIPU

Oleh : Pipit Era Martina


Alam dunia berarti alam syahadah, dan antonim dari dunia adalah alam akhirat yang

sifatnya ghaib. Pengertian dunia sendiri mencakup langit (dunia) dan bumi, serta segala

sesuatu yang ada di dalamnya dan semua yang ada di antara langit dan bumi. Menurut

pandangan Islam, sifatnya sementara dan hanya sebentar saja, sebagaimana dijelaskan

dalam pesan Rasulullah SAW yang berpesan kepada Abdullah bin Umar r.a, sambil

memegang pundak iparnya ini,


“Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau bahkan

seperti orang yang sekedar lewat (musafir).” (Hadits Riwayat Al-Bukhari no. 6416)


Jadi, janganlah terlena akan pesona dunia yang beraneka rupa menggiurkan, karena semua

itu adalah salah satu tipuan setan untuk menjerumuskanmu ke dalam dunia fana, dan

menjauhkan dari nikmatnya bahagia di akhirat. Seperti firman Allah SWT,


“Ketahuilah oleh kalian, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan sesuatu yang melalaikan,

perhiasan dan bermegah-megahan di antara kalian serta berbangga-banggaan dengan

banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang karenanya tumbuh tanam-tanaman yang

membuat kagum para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat

warnanya kuning lantas menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada adzab yang keras dan

ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah

kesenangan yang menipu.” (Al-Hadid: 20)


Namun, meski kehidupan di dunia ini hanya sementara, Islam mengajarkan kepada umat

muslim untuk tidak melupakan kehidupan dunia atau melalaikannya. Karena

bagaimanapun juga, dunia merupakan satu-satunya jembatan untuk kita menggapai alam

akhirat. Jika tanpa dunia, maka tiada pula cerita bahagia di alam kedua. Alam dunia

diciptakan oleh Allah SWT untuk menyenangkan umatnya, untuk memberi sedikit celah

bahagia dalam penjara sesaat. Dan Allah SWT meminta manusia untuk mengelola dan

memanfaatkan dunia ini sebaik-baik kita mampu sesuai dengan kebutuhan manusia itu

sendiri, bukan untuk merusak dan memporak-porandakan keindahan alam dengan

kemaksiatan.


Allah SWT tidak serta merta memberikan dunia dengan tanpa peringatan. Bersamaan

dengan diberikannya hak dunia kepada manusia, Allah pun memberi peringatan kepada

manusia untuk tidak terbawa dan terhanyut oleh keindahan dunia sesaat yang jelas-jelas

menyesatkan, karena dunia terlahir dengan beberapa sifat yang tidak baik. Dalam Al-

Qur’an, Allah SWT menjelaskan beberapa point tentang dunia.


“Kehidupan dunia hanya merupakan mainan dan senda gurau.” (QS. Al-An’am: 32)


Ingatlah duhai sahabat, untuk apa kita diciptakan di dunia ini kalau bukan untuk

membangun dan meningkatkan keimanan kepada Sang Pencipta guna menggapai

kehidupan yang kekal bahagia, abadi selamanya. Bukan untuk menjatuhkan iman dan

menghancurkan dunia dengan tingkah laku yang jelas-jelas dibenci oleh Dia sang pencipta.


“… Dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang

ditentukan.” (QS. Al-Baqarah: 36)


Hanya sementara, hidup di dunia yang penuh pesona ini telah dibatasi dan telah ditentukan

kapan kita akan pergi serta meninggalkan dunia. Tempat kita dilahirkan sebagai manusia,

tempat dimana kita mengenal apa itu dunia, langit, bumi, juga pencipta seluruh alam.


“Allah bertanya: “Berapa tahunkah kamu tinggal di bumi?” Mereka menjawab: “Kami tinggal

(di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang

menghitung.” Allah berfirman: “Kamu tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu

sesungguhnya mengetahui.” (QS. Al-Mukminun: 112-114)


Oleh karena itu, apa yang bisa kita banggakan dan sombongkan? Ketika hidup di dunia ini

tak beda dengan hanya sekedar numpang duduk di rumah orang. Ada satu cerita dari salah

seorang anak dari pasien saya. Anak beliau ini masih kuliah dan single. Dia termasuk anak

yang berakhlak baik dan kebanggan orang tua, tak pernah sekalipun ia mengalami sakit

yang mengkhawatirkan. Suatu hari, dengan senyum indahnya ia berpamitan untuk pergi ke

kampus dengan mengendarai sepeda motor. Dan di sore harinya, beliau pulang hanya

tinggal sebuah nama tanpa nyawa.


Siapa yang menyangka, dunia bisa menghempaskan kita secepat itu tanpa satupun tanda

yang dimengerti manusia. Itulah mengapa, kita di anjurkan untuk senantiasa mengingat

bahwa dunia ini hanyalah sementara saja, kapanpun dan di manapun dunia akan

menghempaskna kita dari perutnya. Mau tak mau dan siap tak siap, nyawa ini akan

melayang dan raga ini akan berpisah dengan ruh yang selama ini temani perjalanan cerita

dunia. Abaikan kesenangan dunia yang bersifat menipu, mengedepankan kemaksiatan dan

melancarkan rayuan yang katanya beujung bahagia. Bahagia orang mukmin itu ketika ia

mati dalam keadaan husnul khatimah, bukan berfoya-foya dengan dunia yang ia paham

hanya bersifat sementara.


Jika diri kian menyadari akan mati yang datang tak pernah permisi, maka berhentilah

untuk mencurahkan segala perhatian kepada duniawi dan cobalah untuk berbagi perhatian

kepada akhirat. Alam kedua setelah dunia, kehidupan kedua setelah kematian dan awal

dari sebuah kehidupan yang abadi, hingga alam tak lagi bernyawa.


Yuk, mari bersama, menyeimbangkan antara dunia dan akhirat. Dunia sementara dan

akhirat selamanya, dunia sebagai jembatan untuk menggapai akhirat dan dunia satu-

satunya obat penumbuh bahagia abadi. Maka ramulah sebaik-baiknya obat dunia, agar

bahagia akhirat tumbuh dengan indahnya.


Islam secara gamblang menjelaskan kepada kita untuk jangan lupa bahwa setelah

dunia masih ada akhirat yang menanti. Segeralah beribadah, karena mati datang

tak pernah permisi. Bersama, kita mencoba untuk memperbaiki diri sembari

berbagi.


Note : Penulis tak selalu seindah tulisannya. Namun, dari sebuah tulisan bisa merubah

penulis menjadi lebih indah. Keep Istiqamah!


Lampung, Rabu, 1 Jumadilawal 1437 / 10 Februari 2016

Iklan