counter create hit DUNIA ADALAH PENJARA DAN SURGA

Iklan

Iklan

,

Iklan

DUNIA ADALAH PENJARA DAN SURGA

Faizal Angga Felani
17 Jul 2023, 05:26 WIB Last Updated 2023-07-16T22:26:14Z


Muhasabah


DUNIA ADALAH PENJARA DAN SURGA

Oleh : Pipit Era Martina


Dalam satu riwayat, sesungguhnya Rasulullah Saw pernah melewati kambing yang mati.

Bersabdalah beliau, “Tahukah engkau kambing ini adalah hina bagi yang memilikinya?”

Mereka berkata, “Karena kehinaannya itu mereka melemparkannya.” Beliau bersabda lagi,

“Demi Tuhan yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh dunia ini lebih hina dari kambing

ini bagi pemiliknya. Seandainya dunia ini memadai di sisi Allah dengan sebuah sayap

nyamuk, tentu Dia tidak akan memberi minum pada seorang kafir dengan seteguk air.” (HR.

Muslim)


Rasulullah SAW juga bersabda, “Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surga bagi

seorang kafir.” (HR. Muslim). Allahu Akbar, dunia ini ialah satu-satunya penjara yang paling

mengerikan dibanding dengan penjara-penjara paling menakutkan di dunia.


Apa yang ada dalam benak sahabat semua ketika mendengar kata “penjara?” Tidak sedikit

dari kita yang membayangkan tentang kehidupan penjara yang sadis, menakutkan, penuh

kekerasan, juga penyakit. 


Salah satu contoh penjara yang sangat menakutkan di dunia

adalah Penjara Bang Kwang terletak sekitar 7 mil dari Bangkok, Thailand, dan dijuluki The

Bangkok Hilton. Penjara ini sangat identik dengan penyiksaan para narapidana. Bahkan

selain ada penyiksaan, narapidana juga ditempatkan pada sel kecil dan harus berdesak-

desakan. Bagi narapidana yang mendapat hukuman mati, hanya diberitahu beberapa jam

sebelum eksekusi dengan bius mati. Para narapidana di sana harus menggunakan rantai

borgol di kaki mereka dalam tiga bulan pertama masa hukuman.


Nah, sahabat, bayangkan tentang sabda Rasulullah SAW tentang dunia adalah penjara yang

mungkin lebih mengerikan dan menakutkan dibanding dengan penjara yang kita tahu.

Meski tak secara nyata kita menerima hukuman langsung seperti tinggal disel, tetapi bagi

seorang mukmin, dunia yang fana dan penuh pesona kemaksiatan ini lebih menakutkan

daripada penjara yang nyata menyiksa.


Kita harus menahan air mata ketika melihat umat yang mengaku muslim namun bermain

dengan kemaksiatan, melihat dunia yang porak-poranda berpesta dengan dosa. Harus

menelan liur ketika nasihat kebaikan justru dibalas dengan kecaman, ancaman serta

hujatan. Bagi orang mukmin, hal ini lebih menyakitkan dan inilah yang disebut dunia

bagaikan penjara yang nyata.


Bersabda Rasulullah SAW; Dunia itu terlaknat dan terlaknat pula apa-apa yang ada di

dalamnya kecuali yang ditujukan untuk Allah". (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)


Itulah mengapa, orang mukmin bahagia menyambut kematian, karena sesungguhnya

kematian yang ia temui menyelamatkannya dari penjara dunia yang benar-benar

menakutkan. Membebaskannya dari urusan dunia yang serba mengundang dosa, dan

bergelimang maksiat.


Namun tidak demikian dengan seorang kafir yang menganggap bahwa dunia ini adalah

surga, sebaik-baik istana. Mereka berfoya-foya, berpesta maksiat tanpa perdulikan

larangan-larangan. Mereka bahagia, tertawa lepas seraya berkata “Inilah surga kita.”


Seolah mereka tak akan pernah pergi dari dunia yang mereka sebut-sebut sebagai surga

abadi. Apakah mereka sadar akan arti surga yang sesungguhnya? Allah telah menjelaskan

dalam Al-Qur’an, 


“Perumpamaan surga yang dijanjikan kepada orang-orang yang takwa

ialah (seperti taman). mengalir sungai-sungai di dalamnya; buahnya tak henti-henti, sedang

naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi orang-orang yang bertakwa;

sedang tempat kesudahan bagi orang-orang kafir ialah neraka.”(Ar-Ra'du 13:35)


Hanya teruntuk orang-orang bertakwa dan senantiasa menyebut asma Allah di setiap

hembusan nafasnya, surga dihadirkan. Bukan untuk mereka yang lupa siapa dan darimana

mereka diciptakan. Lagipula surga yang sesungguhnya ialah surga abadi yang hadir setelah

mati, jadi kalau belum mati ya belum bertemu surga. Dan surga pula tak seburuk yang

mereka definisikan. Surga itu indah dengan selimut keimanan dan ketakwaan, bukan

berbaju kemaksiatan. Jika pesta maksiat mereka sebut surga yang mendatangkan bahagia,

lantas bagaimana bentuk dosa yang mereka sebut?


Jangan jadikan dunia sebagai tumpuan utama, juga jangan menjadikan dunia sebagai

Tuhanmu, karena engkau akan dihambakan oleh dunia. Ingatlah! Dunia hanya sementara

dan akhirat selamanya, nikmati dunia sesaat saja dan ingatlah mati yang akan datang tiba-

tiba tanpa menunggumu siap, dan tak memberimu satupun kesempatan untuk

membalikkan waktu guna memperbaiki diri.


Jadikan dunia sebagai jembatan untuk meraih surga yang abadi, jangan jadikan tempat

yang kau anggap abadi, seolah tak akan pernah pergi dari dunia ini. Kita di dunia bagaikan

orang yang datang dan sekedar sejenak berhenti untuk minum, bukan untuk datang dan

tinggal lama.


Yuk, mari tingkatkan keimanan dan perlahan menggenggam dunia seraya berkata, “Ini

tempat singgah sementara dan surga tujuan utama kita”. Perlahan tetapi pasti,

memantaskan diri di dunia demi menggapai bahagia yang abadi.


Abu Musa Al-asy’ari berkata, bersabda Rasulullah SAW, ‘Barangsiapa yang mencintai

dunianya tentu dia akan membahayakan terhadap akhiratnya, dan barangsiapa yang

mencintai akhiratnya, tentu akan membahayakan dunianya. Maka utamakanlah apa yang

abadi atas apa yang binasa.”


Cinta dunia adalah pangkal dari sebuah kesalahan yang fatal tanpa pengampunan, karena

sesungguhnya cinta yang kita miliki di dunia adalah satu dari 100 cinta yang Allah simpan

di sisi-Nya. Maka dari iu, cintai apapun yang ada di dunia ini sekedarnya saja, curahkan

seluruh cintamu hanya kepada-Nya sang pemilik cinta. Dengan begitu, bahagia

menyelimuti bahtera kehidupan dunia dan kebahagiaan akhirat menanti di depan mata.


Memang tak ada yang memberi jaminan bahwa orang mukmin pasti akan temui bahagia di

ujung senja, tetapi percayalah bahwa di setiap usaha yang senantiasa dikarenakan Allah,

maka Allah pun akan membalasnya sesuai dengan apa yang kita perbuat.


Note : Penulis tak selalu seindah tulisannya. Namun melalui tulisan, penulis bisa merubah

dirinya menjadi lebih indah.

Lampung, Rabu, 1 Jamadilawal 1437 / 10 Februari 2016

Iklan