counter create hit Kisah 'Abid Barsesa, Ahli Ibadah Yang Tertipu Setan Putih

Iklan

Iklan

,

Iklan

Kisah 'Abid Barsesa, Ahli Ibadah Yang Tertipu Setan Putih

Faizal Angga Felani
23 Jul 2023, 17:47 WIB Last Updated 2023-07-24T00:08:29Z
Artikel

BELAJAR PADA PENGALAMAN SI ABID BARSESO


Kisah ini memang tidak diriwayatkan oleh riwayat yang shahih, namun sekedar untuk pembelajaran tidak ada salahnya. Karena asumsi saya, kita semua boleh mengambil pelajaran dari apapun selagi itu memberikan manfaat dan mengantarkan kita pada kebaikan. Kisah ini mengenai ‘Abid Barseso, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu.


Ada seorang ahli zuhud bernama ‘Abid Barseso. Dia beribadah dalam kuil selama tujuh puluh tahun yang tidak pernah bermaksiat sedikitpun. Lalu iblis ingin menggoda dengan ilmu kamuflase/rekayasa, maka pada suatu saat dia mengumpulkan para pembesar setan dan berkata, “Adakah di antara kalian yang mampu merusak ‘Abid Barseso?” Setan putih berkata kepada Iblis, “Saya sanggup merusaknya.” Lalu ia berangkat ke tempat Si ‘Abid Barseso dengan mengenakan pakaian ulama dan mengenakan sesuatu di atas kepalanya, lalu datang ke kuil ‘Abid Barseso dan memanggilnya, tetapi dia tidak menjawabnya.


Si ‘Abid Barseso tidak berhenti dari beribadah kecuali setiap sepuluh hari sekali. Tatkala setan putih tak mampu mengambil perhatian ‘Abid Barseso, maka dia berpura-pura shalat dan beribadah di dalam kuil itu. Setelah ‘Abid Barseso selesai dari shalat dan ibadahnya, dan ingin beranjak keluar, dia melihat setan putih itu tampil seperti ulama yang sedang shalat dan beribadah dengan bentuk yang sangat bagus. Lalu Berseso bertanya kepadanya, “Kamu tadi memanggilku sementara aku sedang sibuk shalat, apa yang kamu perlukan?” Dia menjawab, saya ingin bersamamu untuk belajar ilmu dan menirukan amalmu, serta kita bersama beribadah sehingga aku bisa mendoakanmu dan kamu juga mendoakanku.”


‘Abid Barseso berkata kepada setan putih, “Saya tidak bisa bersamamu. Jika kamu seorang mukmin, maka kamu mendapatkan bagian dari doaku yang kutujukan bagi semua orang mukmin.” Kemudian dia beranjak shalat dan meninggalkan setan itu. Maka setan itu pun beranjak shalat dan setelah itu Si ‘Abid Barseso tidak menoleh kepadanya selama empat puluh hari.


Setelah ‘Abid Barseso selesai shalat, dia melihat setan sedang berdiri shalat. Tatkala dia melihat kesungguhannya, maka dia berkata kepadanya, “Apa yang kamu butuhkan?” Setan menjawab, “Saya ingin kamu memberi izin kepadaku untuk naik ke kuil bersamamu.” Lalu dia memberi izin naik di kuil dan beribadah bersama ‘Abid Barseso beberapa waktu, tidak berbuka dan tidak berhenti dari ibadah kecuali setelah empat puluh hari, bahkan terkadang sampai delapan puluh hari. 


Tatkala melihat kesungguhan dia dalam beribadah, ‘Abid Barseso merasa rendah hati berada di hadapannya dan kagum terhadap kehebatan ibadah setan putih itu. Dan setelah lama beribadah bersama ‘Abid Barseso, setan berkata kepadanya, “Saya ingin pergi karena saya memiliki teman selain kamu. Saya mendapat berita kamu lebih baik daripadanya, ternyata saya mendapatkan sesuatu yang tidak sesuai dengan perkiraan saya sebelumnya.” 


‘Abid Barseso merasakan sesuatu yang besar dalam batinnya sehingga tidak mau berpisah dengannya karena dianggap lebih rendah ibadahnya daripada dirinya.


Ringkas cerita, pada saat berpisah, setan mengajari ‘Abid Barseso doa-doa untuk menyembuhkan orang sakit dan gila. Kemudian setan putih itu mengganggu seorang gadis Bani Israil yang memiliki tiga saudara laki-laki. Dahulu bapak mereka adalah raja, setelah bapaknya meninggal, ia digantikan saudara laki-lakinya, yaitu paman gadis itu. Setan menyiksa dan mencekik gadis tersebut. Lalu setan datang kepada keluarga tersebut dan mengabarkan tentang ‘Abid Barseso yang mampu mengobatinya. Setan menyaratkan agar gadis itu ditinggal bersama ‘Abid Barseso dan mempercayakan kepadanya karena dia seorang ahli ibadah. Pada awalnya, ‘Abid Barseso menolak gadis itu untuk dititipkan kepadanya. Namun akhirnya, saudara-saudaranya membuatkan kuil dekat kuil ‘Abid Barseso dan meninggalkan saudara gadisnya di sana.


Setelah selesai shalat, ‘Abid Barseso melihat ada gadis cantik berada di dekatnya, maka dia mulai jatuh hati dan tergoda. Kemudian setan mengganggu gadis itu, lalu ‘Abid Barseso berdoa dengan doa yang diajarkan setan dahulu. Setan itupun keluar dan pergi dari gadis itu. Kemudian dia mulai shalat lagi, setan itu datang kembali dan mengganggu sang gadis. Maka tanpa sengaja tubuh gadis itu terbuka dan setan membisikkan ‘Abid Barseso, “Gaulilah gadis itu dan setelah itu kamu bisa bertaubat.” Dan setan pun berhasil, ‘Abid Barseso menggauli gadis tersebut sehingga gadis itu hamil dan terlihat mengandung.


Setan berkata kepada ‘Abid Barseso, “Celaka kamu, ‘Abid Barses, Bila perbuatanmu itu terungkap! Maukah kamu membunuhnya dan setelah itu kamu bisa bertaubat. Dan apabila keluarganya menanyakan, maka katakan pada mereka bahwa gadis itu dibawa kabur oleh setan yang telah mengganggunya dan kamu tidak kuasa melawannya.” 


 ‘Abid Barseso masuk ke tempat gadis itu dan membunuhnya, lalu dikuburkan di lereng gunung. Pada saat ‘Abid Barseso mengubur gadis itu, setan datang dan menarik ujung pakaian gadis itu, sehingga tidak tertimbun tanah dan nampak. Kemudian ‘Abid Barseso kembali ke kuil dan beribadah, tiba-tiba ketiga saudara gadis itu datang untuk menjenguk adik mereka. Mereka menanyakan keadaannya, “Wahai ‘Abid Barseso, apa yang telah kamu lakukan terhadap adik kami?” Dia menjawab, “Setan datang dan aku tidak mampu melawannya.” Maka mereka percaya dan pulang. 


Saat malam hari dalam suasana duka, setan datang dalam mimpi saudara gadis itu yang paling besar dan memberitahukan kejadian yang menimpa adiknya. Namun, orang tersebut tidak mempercayai mimpi itu dan meyakininya berasal dari setan. Setelah tiga malam berturut-turut datang dalam mimpi saudara paling besar tadi, namun tidak dihiraukan, maka setan mendatangi kakak yang kedua dan ketiga, memberitahukan seperti yang disampaikan kepada kakak yang pertama. Kemudian ketiganya saling menceritakan apa yang dilihat dalam mimpi mereka dan ternyata sama. Lalu setan mendatangi mereka dan memberitahukan tempat dikuburnya adik mereka dengan ujung pakaiannya yang masih kelihatan. Lalu mereka pergi ke tempat yang ditunjukkan setan dan mendapati apa yang diberitakan olehnya.


Kemudian mereka pulang kepada keluarga dan familinya, lalu mendatangi kuil ‘Abid Barseso dengan membawa linggis dan kapak. Mereka menghancurkan kuil ‘Abid Barseso dan menangkapnya lalu dibawa di hadapan raja. Setan kembali membisiki ‘Abid Barseso, “Kamu membunuhnya kemudian kamu ingkar, akuilah perbuatan itu,” sehingga akhirnya ‘Abid Barseso mengakui perbuatannya. Lalu sang raja menjatuhkan hukuman mati kepadanya dengan disalib di kayu.


Pada saat disalib, setan putih mendatanginya. Lalu setan menawarkan bantuan untuk menyelamatkannya dengan syarat ia mau bersujud kepada setan. ‘Abid Barseso menyetujuinya dan bersujud kepadanya. Setelah itu, setan pun meninggalkannya dan berujar, “Wahai, ‘Abid Barseso! Inilah yang saya kehendaki darimu. Akhirnya kamu mengikutiku dan kafir terhadap Tuhanmu.


Allah Swt telah berfirman dalam QS. Al-Hasyr: 16-17, “Seperti (bujukan) setan ketika dia berkata kepada manusia: "Kafirlah kamu", maka tatkala manusia itu telah kafir ia berkata: "Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu karena sesungguhnya aku takut kepada Allah Tuhan semesta alam". Maka adalah kesudahan keduanya, bahwa sesungguhnya keduanya (masuk) ke dalam neraka, mereka kekal di dalamnya. Demikianlah balasan orang-orang yang dzalim.” 


(Kisah tersebut diringkas dari Mashaibul Insan min Makaid syaithan oleh Syaikh al-Maqdisi al-Hanafi, Imam Thabari menyebutkan kisah Si ‘Abid Barseso ini dalam tafsirnya QS. Al-Hasyr: 16-17 dari jalur Ibnu Mas’ud, Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa Nihayah Juz II)


Hikmah yang dapat diambil dari kisah ‘Abid Berseso ini adalah:


1. Jangan membanggakan ibadah yang telah kita lakukan, karena surga atau neraka bukan semata ibadah yang kita lakukan, namun semata fadhol Allah Swt. Sebagai manusia kita wajib taat terhadap perintah dan larangan Allah SWT dengan cara beribadah, namun tidak lantas kita membanggakan dan menganggap orang lain rendah dibanding dengan ibadah yang kita jalani.


2. Tidak merasa menjadi orang suci sehingga bebas melakukan dosa-dosa yang dianggap kecil, padahal tidak tahu kita masih mempunyai waktu untuk bertaubat atau tidak.


3. Tidak mudah menilai seseorang dari segi baik dan buruknya, karena baik dan buruknya orang hanya bisa dinilai ketika wafatnya. Apakah khusnul khotimah atau su’ul khotimah? 


Wallahu a’lam

Iklan