counter create hit AMAR MA’RUF DAN NAHI MUNKAR

Iklan

Iklan

,

Iklan

AMAR MA’RUF DAN NAHI MUNKAR

Faizal Angga Felani
23 Jul 2023, 20:22 WIB Last Updated 2023-07-23T13:22:59Z
Tazkiyatun Nafs



AMAR MA’RUF DAN NAHI MUNKAR


Oleh : Pipit Era Martina


Amar ma’ruf nahi munkar (al’amru bil-ma’ruf wannahyu ‘anil-munkar) merupakan sebuah frasa dalam bahasa Arab yang maksudnya adalah sebuah perintah untuk mengajak atau menganjurkan hal-hal yang baik dan mencegah hal-hal yang buruk bagi masyarakat. Ma’ruf adalah segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah SWT, sedangkan munkar ialah segala perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya.


Menegakkan amar ma’ruf yang paling utama adalah untuk diri sendiri. Setelah itu, barulah kita mengajak kepada orang lain untuk menjalankan kebaikan, berharap kita akan mendapatkan kebaikan pula. Ini adalah salah satu hal yang akan menjadi benteng bagi kita agar terlepas dari hukuman Allah SWT berupa cobaan yang su’ul khatimah. Allah berfirman, “Dan tidaklah Tuhanmu membinasakan suatu negeri secara dzalim sedang penduduk negeri itu senantiasa melakukan perbaikan (amar ma’ruf).” (QS. Hud: 117)


Seburuk apapun suatu penduduk jika mau melakukan perbaikan meski secara perlahan, niscaya Allah akan membantu penduduk tersebut dalam melaksanakan amar ma’ruf. Jalan menuju perbaikan akan diberikan kemudahan oleh Allah SWT, itulah salah satu bukti bahwa Allah meridhai niat baik seseorang. Meski tidak secara langsung, tetapi yakinlah bahwa segala sesuatu yang lahir dari kesungguhan niat, maka Allah tiada segan memberikan bantuan. 


Nah, jika kita merasa diri ini masih minim akan ilmu, janganlah bertinggi hati dengan mengabaikan seruan dari orang di sekitar. Terkadang orang yang baru paham akan sesuatu, dia merasa sombong dan enggan menerima nasehat ilmu dari orang lain. Dia merasa bahwa dirinya sudah lebih baik dari orang di sekitarnya, merasa bahwa dia paling berilmu di antara yang lainnya. Padahal, jika memang seseorang itu sudah menguasai banyak ilmu dan kebaikannya sudah berada di puncak, maka ia akan merasa bahwa dirinya tidak ada apa-apanya. 


Sahabat, janganlah kita mengabaikan suatu kebaikan yang datang dari orang lain. Telaahlah dengan ilmu yang kita miliki. Jika memang kebaikan itu benar dan akan menuntun kita pada jalan Illahi Rabbi, terimalah dengan bentangan tangan. Namun, jika kebaikan itu tidak baik bagimu dan agamamu, abaikan tanpa harus melukai hati dan perasaan seseorang yang menyebarkan. “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali ‘Imran: 104)


Menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar adalah mengikuti kebenaran yang diperintahkan dan menjauhi keburukan yang dilarang oleh agama. Jangan sampai kita hanya berusaha sempurna dalam menyampaikan kebaikan kepada orang lain, sedangkan diri sendiri tidak menjalankannya. Faktanya, berbicara itu lebih mudah daripada berbuat. Kata orang jawa “JARKONI” (iso ngajari ora iso ngelakoni). Hal seperti ini sudah menjadi rahasia umum di kalangan kita. Terkadang dengan mudah dan gamblangnya kita memberikan nasehat kepada orang lain, padahal diri sendiri belum sebaik nasehat itu. 


Seharusnya berbagi itu diiringi dengan memperbaiki diri. Jika hanya terus berbagi tanpa mempedulikan diri sendiri, ya percuma saja, nasehat baik yang kita sebarkan tidak memberi manfaat kepada diri sendiri. Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan apa yang tidak kalian perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kalian mengatakan apa-apa yang tiada kalian kerjakan.” (QS. Ash Shaff: 2-3)


Yuk, kita belajar bersama melakukan perbaikan. Tidak ada salahnya, jika kita berbagi kebaikan yang kita tahu, tetapi alangkah baiknya jika apa yang kita bagikan itu sudah lekat pada diri sendiri. Contohnya, kita memberi nasehat kepada orang lain untuk menutup aurat sesuai dengan ajaran dan peraturan Allah, tetapi diri sendiri belum sempurna dalam menutup aurat, penutup kepala yang dikenakan masih belum bisa disebut syar’i. Siapapun mereka, pastilah enggan mengikuti nasehat dari orang yang kebaikannya diragukan.


Menegakkan yang ma’ruf, mencegah kemunkaran atau kemaksiatan di tengah masyarakat merupakan salah satu benteng yang akan menyelamatkan kita dari bencana dan musibah. Allah berfirman, “Dikutuki Allah orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa bin Maryam. Yang demikian itu karena kedurhakaan mereka dan tingkah laku mereka yang melampaui batas. Mereka tidak punya kepedulian untuk mencegah kemunkaran yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat.” (QS. Al-maidah: 78-79)


Semoga kita semua termasuk dalam golongan orang-orang yang bisa menegakkan amar ma’ruf dan menjauhi yang munkar. Sesungguhnya, Allah Maha Mengetahui apa yang ada di setiap benak umatnya. Awali dengan niat, semua bisa karena berusaha. Jangan pernah berhenti memperbaiki diri dan jangan pernah lelah berbagi kebaikan.


Lampung, Rabu 17 Februari 2016

Iklan