counter create hit Bukan Sembarang Insya Allah

Iklan

Iklan

,

Iklan

Bukan Sembarang Insya Allah

Administrator
5 Jun 2023, 19:52 WIB Last Updated 2023-06-05T12:52:23Z


BUKAN SEMBARANG IN SYAA ALLAH
Oleh : Newisha Alifa

Ucapan ‘In Syaa Allah’ bukanlah hal yang baru lagi dalam kehidupan kita sehari-hari. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, In Syaa Allah berarti : Jika Allah Menghendaki. Dalam beberapa kitab Al-Qur’an yang disertai terjemahannya, terdapat riwayat atau asbabunnuzul untuk QS. Al-Kahfi ayat 23 & 24 adalah; Beberapa orang Quraisy bertanya kepada Nabi Muhammad Saw tentang roh para pemuda Ashhabul Kahfi (penghuni gua) dan kisah Dzulkarnain, lalu beliau (Nabi Muhammad Saw) menjawab, “Datanglah besok pagi kepadaku, akan kuceritakan.” tanpa mengucapkan ‘In Syaa Allah’. Namun kiranya sampai besok hari wahyu (yang dijadikan dasar untuk menjawab pertanyaan orang Quraisy) terlambat datang, maka tentu Nabi Muhammad Saw tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. Maka turunlah ayat 23 & 24 pada surat Al-Kahfi, sebagai pelajaran untuk beliau, agar hendaknya mengucapkan ‘In Syaa Allah’ ketika hendak berjanji untuk melakukan sesuatu di kemudian hari.

“Dan janganlah sekali-kali engkau mengatakan terhadap sesuatu, “Aku pasti melakukan itu besok pagi, kecuali dengan mengatakan, ‘In Syaa Allah’. Dan ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa, dan katakanlah, “Mudah-mudahan Tuhanku akan memberi petunjuk kepadaku agar aku lebih dekat (kebenarannya) daripada ini.” (QS. Al-Kahfi : 23 & 24)

Dari ayat Al-Qur’an di atas, bisa kita simpulkan, bahwa kita dianjurkan mengucapkan ‘In Syaa Allah’ ketika hendak berjanji pada orang lain untuk melakukan sesuatu. Melafazkan ‘In Syaa Allah’ adalah salah satu bentuk sederhana kita dalam memasrahkan segala yang akan terjadi pada Allah semata. Menyadari, bahwasanya manusia hanya bisa berencana, namun pada akhirnya ketetapan Allah-lah yang akan terlaksana.

Dengan mengucapkan ‘In Syaa Allah’ seyogyanya kita selalu sadar, bahwa tak ada yang pasti dalam hidup ini kecuali ketidakpastian itu sendiri. Bahkan sekalipun, sesuatu itu sudah nampak begitu pasti akan terjadi nanti, besok, minggu depan atau di waktu-waktu tertentu yang sudah kita tetapkan dalam sebuah rencana.


ADA YANG LUPUT DARI PENGUCAPAN IN SYAA ALLAH …

Belakangan ini,  kebiasaan memulai suatu janji atau rencana dengan ‘In Syaa Allah’, bahkan tidak hanya digunakan oleh umat Islam saja loh. Selain ‘Alhamdulillah’ dan ‘Astaghfirullah’, orang-orang di luar Islam, juga kerap kali dengan spontan mengucapkan ‘In Syaa Allah’ dalam obrolan sehari-hari mereka. Biasanya sih, karena mereka tahu bahwa lawan bicaranya beragama Islam.

Hanya saja yang disayangkan adalah, masih banyak umat Islam yang belum mengetahui, bahwa penggunaan ‘In Syaa Allah’ itu bukan sekadar ucapan basa-basi, tapi justru bagian dari sebuah janji! Dan ingat! Janji adalah hutang saudara-saudari!

Bukankah sebagai manusia kita diberikan akal untuk memprediksi apa yang akan terjadi? Biasanya kita sudah punya rencana nih, apa yang mau dilakukan esok hari bahkan hingga berbulan-bulan ke depan. Jikalau secara garis besar kita sudah tahu bahwa kita takkan sanggup untuk memenuhi suatu kesepakatan, masih bolehkah kita menyertakan ‘In Syaa Allah’ dalam percakapan kita pada seseorang? Tentu saja boleh, namun ingat … In Syaa Allah adalah bagian dari janji yang tak sebaiknya tak kita sepelekan.

Kalau sudah tahu dan dalam keadaan ingat, besok ada rencana mau menghadiri undangan pernikahan teman misalnya, tiba-tiba saja ada yang mengajak kita untuk ikut serta dalam suatu kegiatan. Lebih baik mana, mengucapkan ‘In Syaa Allah’ akan hadir, atau dengan tegas mengucapkan, “Maaf, saya sudah ada rencana besok.”?

Karena mengucapkan ‘In Syaa Allah’ adalah bagian dari janji, kiranya jangan sembarangan lah kita menggunakannya untuk memberi harapan pada orang lain. Tak jarang , kita menyepelekan dan menganggap hal tersebut adalah bagian dari basa-basi. Niat untuk memenuhi acaranya pun sebenarnya tidak pernah ada, hanya saja merasa tak enak jika harus terang-terangan mengucap, “Maaf saya nggak bisa ikutan.” Padahal lebih baik kita jujur saja, bisa atau tidak, supaya orang tersebut bisa mengambil alternatif lainnya usai mendapatkan jawaban dari kita.


LANTAS KAPAN SEBAIKNYA ‘IN SYAA ALLAH’ DIUCAPKAN?

Ucapkanlah ketika kita yakin, 99% sanggup memenuhi janji tersebut! Yakin, bahwa kita mampu untuk ada dalam kondisi yang sudah disepakati bersama. Namun, ingat! Masih ada persentase 1% yang kelihatannya kecil, tapi punya big power, apa itu? Yaa tadi itu … IZIN ATAU KEHENDAK ALLAH.

Misalnya nih, kita udah yakin banget nanti sore mau janjian ke toko buku sama teman. Merasa sangat ready and free, untuk bisa memenuhi kesepakatan tersebut. Ucapkanlah In Syaa Allah, karena boleh jadi menjelang waktu yang sudah ditetapkan, hujan turun dan menyulitkan kita untuk berangkat. Atau tetiba ada keperluan lain yang begitu mendesak dan memaksa kita untuk membatalkan janji tersebut. Nah! Di sinilah, ‘In Syaa Allah’ yang kita ucapkan di awal, BERFUNGSI! Atau MEMAINKAN PERANANNYA! Sudah pahamkah?

“Eh, Bro … lo sanggup nggak makan mi rebus pake cabe rawit sepuluh?”
Kalo dari awal, kita nggak doyan pedas, yaa jangan nekat lah bilang ‘In Syaa Allah’ untuk menerima tantangan tersebut.

Atau jika sudah tahu bahwa kita ini nggak bisa berenang, sekonyong-konyong ada teman yang mau ngajak diving,  apa masih mau berbasa-basi menjawab, “Yuk, In Syaa Allah.”

Jadi, bila sejak awal kita sudah tahu bahwa kemungkinan besar kita takkan mampu melakukan hal tersebut, sebaiknya tidak perlu lagi menggunakan ‘In Syaa Allah’.  Boleh jadi ini hal sepele di mata kita, tapi akan jadi sesuatu yang sangat berarti bagi orang lain. Nggak mau dong kan yaa, kita terlanjur dicap sebagai orang yang nggak bisa dipegang omongannya karena menyepelekan fungsi ‘In Syaa Allah’. Ingat! Satu dari tiga ciri orang munafik adalah, jika dia berjanji maka dia ingkar!

Semoga tulisan ini bisa membuat kita semua lebih berhati-hati sebelum mengucapkan ‘In Syaa Allah’.
Aamiin Yaa Robbal Alamiin.

Bekasi, 10 Peb 2016

Iklan