counter create hit Bahagia Bersama Cinta Bukan Harta

Iklan

Iklan

,

Iklan

Bahagia Bersama Cinta Bukan Harta

Administrator
5 Jun 2023, 20:00 WIB Last Updated 2023-06-05T13:00:33Z

Bahagia Bersama Cinta Bukan Harta
Oleh : Pipit Era Martina

Kebanyakan dari kita salah dalam mengartikan kata ‘bahagia’. Selama ini kebanyakan manusia menyangka bahwa bahagia itu bila memiliki harta yang berlimpah, rumah mewah, kedudukan tinggi, mobil wah serta terkenal di mata banyak orang.

Ketahuilah! Jika memang harta itu memberikan sebuah mahkota kebahagian, sungguh Qarun adalah manusia yang paling bergelimang bahagia dengan kekayaan yang ia miliki.

Pun, sama halnya dengan kedudukan yang paling tinggi, andaikata kedudukan itu mampu menyirami kita dengan bahagia, maka Fir’aun adalah manusia yang paling berbahagia.

Namun apa yang terjadi?

Justru mereka menjadi tokoh-tokoh terkenal hingga sampai pada zaman kita ini karena keangkuhannya dan ingkarnya pada peraturan-peraturan Allah. Kita mengenal mereka dari semua keburukan, sama sekali tak terlintas kebaikan sedikitpun. Meski mungkin di zaman beliau, kaumnya merasa beruntung dan bahagia dengan kehadiran mereka.

Maka sahabat sekalian, ketahuilah! Bahwa kebahagiaan yang hakiki itu bukan berasal dari pernak pernik dunia. Bukan dari apa yang kita hasilkan dan banggakan, melainkan dari apa yang kita kerjakan, dari semua yang kita persembahkan kepada Sang Pemberi nikmat. Hanyalah ahlul iman yang mengetahui hakikat kebahagiaan mereka dipermukaan bumi ini yaitu untuk beribadah kepada Allah –azza wa jalla-.

Berkata Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah r.a: “Barangsiapa yang menginginkan kebahagiaan abadi maka hendaklah ia terus menerus berada dipintu ibadah.” [Madarijus salikin (1/740)]

Inilah yang disebut kebahagiaan yang hakiki, bahagia yang sebenar-benarnya bahagia. Seseorang akan merasakan arti bahagia apabila jiwa raganya, lahir bathinnya berada diatas ketaatan kepada Allah SWT, komitmen diatas ibadah kepada-Nya dan tentunya berada dalam pelukan cinta-Nya.

Sedangkan mereka yang bahagia bersama kekuasaan di dunia tanpa mengikut sertakan Ibadah di dalamnya dan tanpa ada cinta kepada Allah dalam hatinya, maka rugilah mereka. Sekalipun mereka ialah manusia yang terkaya di bumi ini dan memiliki kedudukan yang tinggi. Bahagia yang mereka rasaka ialah semu dan kelak akan berakhir dengan kesempitan dan kesengsaraan.

Allah SWT berfirman: “Barangsiapa yang berpaling dari peringatanku maka sungguh baginya kehidupan yang sempit dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta, hingga ia berkata; wahai Rabbku, kenapa engkau bangkitkan aku dalam keadaan buta padahal aku dulunya melihat, maka Allah menjawab; demikianlah karena dulu (didunia) Kami datangkan ayat-ayat Kami namun engkau melupakannya maka demikian pula hari ini Kami melupakan kalian.” (QS. Toha: 124-126)

Sahabat, berusahalah untuk tidak melupakan darimana kita diciptakan, siapa yang memberi kehidupan, siapa pemilik asli diri ini, siapa pencipta dunia beserta isinya. Karena ada masa dimana kita benar-benar membutuhkan pertolongan dan uluran tangan dari Allah SWT. Jika selama di dunia kita enggan mengulurkan tangan untuk kebaikan, enggan melangkahkan kaki untuk penuhi perintahnya, melanggar segala apa yang Allah pinta, menolak segala apa yang Allah mau untuk kita lakukan. Maka, tiadalah heran jika Allahpun enggan mengulurkan pertolongan, meski air mata darah bercucuran. Bukan karena Allah tiada memiliki kasih sayang pada umat-Nya, melainkan kitalah yang meminta Allah untuk tidak memperdulikan kita.

Seorang guru yang senantiasa mengajarkan kesopanan, pastilah mengharapkan perlakuan yang sama dari seorang muridnya. Seorang ibu yang bertaruh nyawa melahirkan kita, mendidik dan mengurus kita hingga dewasa, pastilah berharap jika kita bisa memberikan seulas senyum bahagia dibibirnya. Lalu apa yang akan terjadi jika seorang murid dan anak durhaka dan keluar dari apa yang kita berikan? Meski rasa kasihan itu ada, namun tetaplah ada masanya dimana seorang guru dan seorang ibu lelah dalam menyikapinya hingga akhirnya mereka menyerah.

Begitu pula dengan Allah, Allah SWT jelas-jelas memberi kita banyak pintu untuk dilalui, banyaknya bahagia yang Ia tawarkan. Namun apa? Manusia memilih jalan sesuai dengan nafsunya, mengikuti bisikan setan yang ia percaya. Mengkhianati cinta Illahi, membalasnya dengan hati penuh kedurhakaan. Maka jangan salahkan Allah jika kedurhakaan itu berbalas siksaan di kemudian hari.

Wahai sahabat, janganlah kita tertipu dengan kebahagiaan yang tidak membahagiakan, kebahagiaan yang menjerumuskan ke lorong siksaan. Ingatlah! Bahagia di dunia bersama harta dan tahta itu hanya sementara, cinta Allahlah satu-satunya bahagia yang kekal abadi hingga ke pintu surga.

Raihlah kebahagiaan yang hakiki bersama cinta Illahi berlandaskan keimanan dan ketaqwaan, bukan dengan kemaksiatan yang justru menyesatkan.

Rasakanlah kelezatan bahagia karena cinta-Nya, maka kita akan benar-benar merasakan ketenangan dan ketentraman jiwa. Bahagia sebenar-benarnya bahagia ialah bahagia dari dalam dan luar hati. Bahagia yang hakiki, bahagia bersama cinta Illahi, di bawah naungan Illahi dan dalam pandangan Illahi.

Yuk sahabat sekalian, teruslah semangka (semangat karena Allah) dalam meraih cinta-Nya, jangan pernah lelah dalam berusaha untuk memperbaiki diri, meningkatkan iman dan taqwa dalam diri.

Keep fighting & Keep Istiqamah

Lampung, Selasa 16 Februari 2016

Iklan