counter create hit Minat Menjadi Pekerja Migran Tinggi, Buah Kemiskinan Sistem Kapitalisme

Iklan

Iklan

,

Iklan

Minat Menjadi Pekerja Migran Tinggi, Buah Kemiskinan Sistem Kapitalisme

Administrator
13 Mar 2023, 19:10 WIB Last Updated 2023-05-30T00:43:42Z


Minat Menjadi Pekerja Migran Tinggi, Buah Kemiskinan Sistem Kapitalisme
Oleh: Lisa Oka Rina
Pemerhati Kebijakan Publik

Seorang mantan pekerja migran Indonesia yang mengaku mengalami penyiksaan "kejam" lebih dari delapan tahun lalu di tangan majikannya di Malaysia, kini ia telah memberikan rincian penyiksaan yang ia alami selama delapan bulan. Kesaksiannya didukung oleh laporan medis, dokumen pengadilan, cerita sejumlah tetangga, dan petugas kedutaan Indonesia di Malaysia yang melihatnya tak lama setelah diselamatkan. Wajahnya menghitam karena bengkak akibat hantaman sang majikan. Dia mengatakan hampir sekujur tubuhnya menjadi sasaran penyiksaan. Delapan tahun berlalu. Bekas luka terbelah di bibir atas, tulang hidung atas rata karena hancur, lidah terpotong dan telinga yang tak berbentuk, masih terlihat jelas di wajahnya.

Meriance direkrut dari Desa Poli di Timor Tengah Selatan, kampung terpencil di Nusa Tenggara Timur. Desa tanpa aliran listrik ini harus ditempuh lebih dari lima jam melalui jalan berbatu besar dari ibu kota provinsi, Kupang. Untuk mendapatkan air bersih sekalipun, warga desa harus berjalan jauh. Meriance memutuskan mengikuti tawaran bekerja ke Malaysia untuk membantu ekonomi keluarga yang ia sebut "sangat-sangat kurang."

Suaminya ketika itu bekerja sebagai tukang batu di proyek-proyek bangunan dengan nafkah tak cukup untuk menghidupi empat anaknya yang saat itu masih kecil-kecil.
Dari ribuan kasus yang menimpa pekerja rumah tangga Indonesia di Malaysia, ratusan di antaranya adalah kasus penganiayaan termasuk penyiksaan fisik.

Duta Besar Indonesia untuk Malaysia, Hermono, mengatakan ia "tak tahu kapan ini akan berakhir karena korban terus berjatuhan, dari penyiksaan, gaji tidak dibayar, dan lain-lain."

Kasus yang disebut Hermono gaji yang tidak dibayar - dari lama bekerja sekitar setahun sampai 10 tahun - mencapai lebih dari 2.300, menurut data dalam lima tahun terakhir. Di tengah ini semua, permintaan pekerja di sektor ini terus meningkat dan bahkan mencapai sekitar lebih dari 66.000 sampai Februari 2023, berdasarkan angka dari KBRI Malaysia. Agen di Malaysia membayar setidaknya Rp30 juta untuk seorang pekerja rumah tangga sementara sektor lain seperti perkebunan, pabrik, dan kebersihan ditetapkan harga sekitar Rp10 juta.

Tingginya angka pekerja migran Indonesia, adalah akibat kemiskinan dan sempitnya lapangan pekerjaan di dalam negeri. Kemiskinan terstruktur telah menghasilkan kesenjangan kesempatan pendidikan di tengah-tengah masyarkat. Masyarakat tak mampu, hanya bisa mengenyam pendidikan dilevel bawah, yakni menjadi buruh kasar, karena bila ingin meraih pendidikan expert/ahli, maka butuh dana yang besar untuk melanjutkan ke level universitas. Jadilah ketrampilan rendah yang dimiliki oleh para pekerja migran. Sehingga ketika memutuskan untuk bekerja diluar negeri, para pekerja migran mendapatkan lapangan pekerjaan yang tidak layak dan membuka peluang besar terjadi tindak kekerasan kepada para pekerja migran.

Dan setali tiga utas, akibat rendahnya posisi tawar Indonesia di mata negara luar, terlebih Malaysia, telah membuat para pekerja migran mengalami penderitaan dan penyiksaan. Mirisnya lagi, pemerintah hanya mengupayakan perbaikan Undang-Undang dalam melindungi pekerja migran, bukan menyelesaikan akar masalah adanya pekerja migran di negara tersebut.

Masalah kemiskinan yang setiap tahun selalu bertambah, adalah buah penerapan ekonomi kapitalisme di negeri ini. Dalam sistem ekonomi kapitalisme, ternyata justru memperbolehkan perampasan sumber daya alam oleh pihak swasta dan asing. Padahal ketika pengelolaan sumber daya alam ini dikelola oleh negara, maka akan membuka lapangan kerja yang luas dan beragam bagi rakyat. 

Pada saat ini, hampir seluruh negara di dunia, telah menerapkan sistem ekonomi kapitalistik yang sangat eksploitatif terhadap perempuan. Hal ini bisa kita temukan mulai dari persyaratan fisik perempuan yang diutamakan ketika mencari kerja, upah yang rendah bahkan tidak ada regulasi dan sanksi tegas ketika perempuan mengalami penindasan dan ekploitasi.

Islam sebagai agama yang diturunkan oleh Allah Sang Pencipta Manusia, tidak hanya berisi masalah ibadah semata. Namun islam memiliki seperangkat aturan kehidupan yang sistemik dan komplit, sebagai pedoman kehidupan manusia. Termasuk didalamnya ada pengaturan sistem ekonomi.
Sistem ekonomi islam telah menempatkan kepemilikan menjadi 3 bagian, yakni kepemilikan individu, kepemilikan umum dan kepemilikan negara. Dengan pembagian tersebut, bertujuan agar jelas dan rinci batasan-batasan kepemilikan. 

Sumber daya alam adalah bagian dari kepemilikan umum, dan harom hukumnya dimiliki individu/swasta maupun kelompok. Dan berangkat dari prinsip tersebut, islam telah mewajibkan negara sebagai satu-satunya pihak yang berhak melakukan pengelolaan.

Negara berperan sebagai pengelola kepemilikan umum, jelas akan membuka lapangan kerja bagi warganya dalam skala besar, dan negara akan menghilangkan setiap transaksi ekonomi non-real yang menutup celah penyerapan tenaga kerja, seperti yang terjadi saat ini.

Dari pengelolaan kepemilikan umum tersebut, kas baitul mal negara islam, bisa terpenuhi, dan bisa menjalankan kewajibannya untuk menyediakan pendidikan secara cuma-cuma kepada setiap warga negara. Negara akan memaksa warganegaranya yang lelaki, untuk bekerja, karena itu mendapat pahala besar di sisi Allah dan negara akan meningkatkan skill/ketrampilan mereka baik melalui mekanisme secara langsung semisal mengadakan seminar, training by trainer, ataupun mekanisme tidak langsung seperti terjaminnya peluang setiap warganegara dalam mengenyam pendidikan hingga level tinggi/universitas.

Dengan solusi sistemik itulah, masalah pekerja imigran akan tuntas. Para pekerja imigran tidak perlu mempertaruhkan nyawa demi mencari sesuap nasi di negeri orang, karena sudah terpenuhi di dalam negara islam.

Sudah saatnya kita tinggalkan aturan kehidupan kapitalisme yang rusak ini, dan bersegera mengambil jalan alternatif yang islam tawarkan kepada kita. Sesungguhnya islam agama dari Allah ini, bertujuan hanya ingin memberikan kebaikan, keberkahan dan penghidupan yang layak bagi manusia, sebagaimana firman Allah SWT :

"Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."
(QS. An-Nahl 16: Ayat 97)

Wallahu'alam bisshowwab

Iklan