counter create hit Jejak Sejarah: Cara Kaum Muslim Menentukan Arah Kiblat di Masa Lalu

Iklan

Iklan

,

Iklan

Jejak Sejarah: Cara Kaum Muslim Menentukan Arah Kiblat di Masa Lalu

Administrator
12 Mar 2023, 13:46 WIB Last Updated 2023-05-30T00:45:28Z


Pada masa lalu, ketika teknologi yang kita miliki saat ini belum ada, kaum muslimin harus mencari cara lain untuk menemukan arah kiblat saat beribadah. Nabi Muhammad Shalallahu alayhi wa sallam tinggal di Mekah dan Madinah, di mana arah kiblat relatif mudah ditemukan. 

Namun, ketika kekuasaan Islam semakin meluas, umat Islam di luar Mekah dan Madinah membutuhkan cara untuk menentukan arah kiblat. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan menentukan arah jalan ketika meninggalkan kota mereka menuju Mekkah. Hal ini dilakukan sebelum teknologi kompas ditemukan, dan sekarang kita telah memiliki aplikasi smartphone dan sajadah dengan kompas kiblat untuk membantu menentukan arah kiblat di mana saja kita berada.

Pada abad kedua H, terjadi penggunaan peta dunia simbolis dengan Ka’bah sebagai pusatnya. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan yang semakin meningkat dalam menentukan kiblat, karena Islam telah menyebar ke wilayah yang semakin jauh dari Mekah.

Peta yang digunakan pada masa itu mengambil koordinat geografis dari Mekah dan menempatkan lokasi kiblat pada kotak persegi panjang dengan garis lurus yang ditarik untuk menentukan sudut dari berbagai lokasi lainnya. Dengan cara ini, umat Islam dapat mengetahui arah kiblat dengan lebih akurat.


Dalam perkembangan selanjutnya, teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin maju memungkinkan pembuatan peta yang lebih presisi dan akurat. Namun, penggunaan Ka’bah sebagai pusat peta tetap menjadi simbol penting bagi umat Islam, karena merupakan arah kiblat yang wajib dijadikan acuan dalam melaksanakan ibadah salat.

Pada abad ke-13, Cina menciptakan terobosan besar dalam menentukan arah kiblat dengan membuat kompas air magnetik pertama menggunakan mangkuk berisi air dan besi magnet. Setelah menentukan arah utara yang sebenarnya, seseorang dapat menghitung jumlah derajat di sepanjang tepian untuk menentukan kiblat.

Selain itu, jam matahari dan bayangan juga menjadi cara untuk menentukan arah kiblat. Dengan menandai titik-titik pada lingkaran di mana bayangan jam matahari mencapai tepat sebelum tengah hari dan menjelang malam, seseorang dapat menentukan garis Timur-Barat dan Meridian Utara-Selatan. Dengan mengetahui perbedaan antara garis bujur dan garis lintang Mekkah dan lokasi seseorang, mereka dapat menemukan arah kiblat secara geometris atau perkiraan.

Pada tahun 900 M, Abu al-Wafa Buzhjani menciptakan model matematika pertama untuk menentukan arah kiblat dengan rumus Aturan Sinus Bulat. Teknologi dan metode yang terus berkembang dalam menentukan arah kiblat telah menjadi sangat penting bagi umat Muslim dalam melaksanakan ibadah salat di mana saja di dunia.


Aturan yang digunakan pada aplikasi Kiblat modern adalah hasil dari penggunaan ilmu astronomi dan trigonometri bola untuk menentukan arah kiblat. Mengetahui arah kiblat adalah Fardu Kifayah, yang berarti setidaknya harus ada orang dalam komunitas yang memiliki pengetahuan tersebut.

Saat orang Eropa masih percaya bahwa Bumi itu datar, para ilmuwan Muslim telah mengetahui dan memperhitungkan kelengkungan Bumi dalam menentukan arah kiblat. Hal ini menunjukkan betapa majunya ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicapai oleh para ilmuwan Muslim pada masa lalu.

Masa Keemasan Islam adalah masa yang sangat penting dalam sejarah umat manusia. Pada masa itu, para ilmuwan Muslim memimpin kemajuan intelektual dan ilmiah, dan membuktikan bahwa Al-Qur'an dan sains tidak bertentangan. Prestasi ini menjadi sumber kebanggaan bagi umat Islam dan patut diapresiasi dalam konteks perkembangan sains dan teknologi di dunia.

Iklan